Begitu banyak budaya dan kebiasaan masyarakat di Indonesia yang tidak terlepas dari budaya turun menurun dari nenek moyang di bumi nusanatara ini. Dikarenakan begitu banyaknya suku-suku di bumi Indonesia ini yang mempunyai sifat dan kebiasaan yang berbeda di masing-masing komunitas suku tersebut.
Begitu juga dengan kota Pontianak, mempunyai kebiasaan yang sudah sangat mentradisi sekali di sini yaitu ngobrol dan kongkow-kongkow sambil minum kopi di warung kopi. Bahkan kalau pendatang yang sudah lama tinggal dan menetap di Pontianak bisa juga ter Addicted sama tradisi tersebut, ibarat kata orang Pontianak “tuh sudah ngenyan die”, ngopi di warkop sambil membicarakan berbagai hal yang tengah terjadi di sekitar bahkan tak lupa isu poliktik di tanah air pun tak lepas sebagai bahan obrolan hangat.
Maka tak heran kadangkala urusan bisnis ataupun transaksi bernilai milyaran pun dibicarakan ataupun berawal dari hasil kongkow-kongkow di warung kopi dengan hanya ditemani kopi pancong segelas ukuran kecil dan hanya ditemani kue-kue buat cemilan ringan teman minum kopi pancong tersebut. Akan tetapi tak jarang pula bisnis yang dibicarakan hanya sebatas wacana dan rencana maka orang disini menyebutnya: “Bisnes Angen Kabu-Kabu” atau “Bisnes Ta’ Tento Rudu” atau “Bisnes Angen Pukol Angen”, kenapa pula bisa disebut demikian?, karena yang dibicarakan bisnis dan proyek yang nilainya sampai mencapai ratusan juta rupiah tapi minumnya hanya segelas kopi pancong yang harganya hanya Rp.2.000,- per gelas, tidak masuk akal bukan?. Apalagi kalau ditunjang penampilan perlente dengan memakai baju rapi,celana kain tersetrika rapi serta sepatu hitam pantofel dan membawa map pula (yang mungkin isinya foto copy surat-surat proyek entah dapat dimana) maka makin lengkaplah dia kalau boleh dipanggil “Toke angen pukol angen”.
Kalau soal ngopi dan bicara bisnis ratusan juta di warkop Pontianak, maka maaf untuk warung kopi sekelas Cafe Starbucks pun lewat. Saking fenomenalnya kopi pancong tersebut, bahkan sudah ada seorang musisi Pontianak yang membuat lagu dengan judul kopi pancong tersebut yaitu Bapak Zairin Ahmad.
Pengen makan cap chai langganan yang di warung kopi Hijas. Pengen ngopi di Asiang atau di Asia Jaya. Cuman sayang, kalaupun sekarang-sekarang bisa berangkat ke sana, tetap saja gak bisa minum kopi. Kalau minum kopi belum diisi nasi dan lauk pauk perut pasti berontak. Sebelum ngopi jangan lupa makan dulu lah biar gak ada efek samping gitu pas selesai dari ngopi atau sedang ngopi lucu gitu eh tiba-tiba pengen ke toilet kan gak seru jadinya ngopi lucu imutnya.
Daftar kopi yang khas dan tidak pernah kelihatan sepi di Kota Pontianak
1. Warkop Asiang Jl. Diponegoro
2. Warkop Hijas Jl. Hijas
3. Warkop Winny Jl. Gajahmada
4. Warkop Winner Jl. Gajahmada
5. Warkop Suka Hati Jl. Tanjung Pura
6. Warkop Sari Wangi Jl. Tanjung Pura
7. Warkop Aming Jl. Setia Budi
8. Warkop Asia Jaya Jl. Hijas
Sumber : http://wisatapontianak.com/warung-kopi-pontianak/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar