Rabu, 23 November 2016

Enam Ancaman NKRI

MEMPAWAH–Menyikapi gejolak ancaman kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), Kodim 1201 Mempawah menggelar sosialisasi wawasan kebangsaan, Selasa (22/11) di Aula Kantor Bupati Mempawah. Dalam sosialisasi itu, Dandim 1201 Mempawah, Letnan Kolonel Inf. Win Nindar mengungkapkan enam ancaman terhadap keutuhan NKRI.
“Ada enam ancaman yang sudah kelihatan di depan mata. Sehingga seluruh elemen masyarakat di Kabupaten Mempawah diharapkan untuk meningkatkan kewaspadaan,” terang Win Nindar dihadapan unsur elemen masyarakat yang mengikuti sosialisasi wawasan kebangsaan itu.
Keenam ancaman tersesebut, jelas Dandim, yakni Darwin (Australia), Laut Cina Selatan (LCS), kepungan kerja sama pertahanan negara-negara persemakmuran Inggris (FPDA), ancaman terorisme, ancaman narkoba, dan persaingan ekonomi.
“Kesemua ancaman itu sangat berpengaruh terhadap kondisi dalam negeri Indonesia. Potensi ancaman inilah yang harus kita ansipasi bersama agar tidak menimbulkan gejolak dan perpecahan bangsa,” tegasnya.
Menurut Win Nindar, kondisi Indonesia yang kaya akan sumber daya alam membuat iri banyak negara. Bahkan, mengutip ucapan Presiden Joko Widodo, ia menyebut sumber daya alam bisa menjadi sumber petaka. Karena itu, dirinya mengajak seluruh masyarakat untuk waspada. Menurutnya, ada provokator tak terlihat yang mendesain opini untuk melemahkan kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia.
“Ini (ancaman) didesain dari luar untuk memecah belah dan membagi-bagi NKRI agar terpecah-pecah,” sebutnya.
Karena itu, Dandim menegaskan pentingnya menghayati dan mengamalkan prinsip Bhinneka Tunggal Ika sebagai pemersatu bangsa. Menurut dia, keragaman yang ada di Bumi Pertiwi adalah wujud Indonesia. Negara ini tidak disebut Indonesia, jika hanya ada satu agama, atau satu suku, atau satu ras, atau satu golongan.
“Kelemahan kita adalah selalu mengatakan ‘aku’ dan bukan ‘kita’, alias menonjolkan ego sehingga mudah dipecah belah dan diadu domba. Karena itu kita harus waspada. Provokasi, hasutan, dan adu domba terhadap rakyat harus dicegah. Seluruh anak bangsa harus bersatu, berjuang, dan bergotong royong. Negara kondusif maka kita bisa membangun. Iklim usaha maju, pertumbuhan ekonomi bertambah, pembangunan makin merata, dan rakyat sejahtera,” paparnya.
Sementara itu,  Wakil Bupati Mempawah, H Gusti Ramlana meminta seluruh elemen masyarakat Kabupaten Mempawah menjaga kondisi tertib, rukun, dan nyaman yang telah ada di daerah itu. Ia mengajak semua pihak mengumpulkan kekuatan dengan membangun kebersamaan, persatuan dan kesatuan, dan semangat gotong royong.
“Hal inilah yang harus ditanamkan dalam diri masyarakat. Mari kita bangun, kita jaga, dan kita pelihara Indonesia yang tercinta. NKRI harga mati yang harus dipertahankan. Jangan mau diprovokasi, jangan mau dipecah belah,” himbaunya.
Kapolres Mempawah, AKBP Dedi Agustono, S.Ik mengajak insan pers untuk jeli menyaring setiap berita yang disampaikan kepada publik. Informasi-informasi yang bersifat menghasut dan provokatif harus dicermati. Menurutnya, kecanggihan teknologi informasi saat ini punya konsekuensi logis.
“Dampaknya sangat luas. Kita harus pandai memilah. Jika tidak baik, jangan diteruskan atau disebarkan lagi. Jika hanya menimbulkan perpecahan menyangkut suku, agama, ras, dan antargolongan, lebih baik tidak disebarkan. Jadi kita harus pandai-pandai memilah informasi,” sarannya.
“Di Mempawah ini situasi sudah kondusif. Jadi kita bersama masyarakat harus bahu-membahu menjaga kamtibmas yang memang sudah baik,” imbuhnya.
Ditempat yang sama, salah seorang tokoh masyarakat Mempawah, H.M. Ali Bakar, menyatakan pentingnya mengkaji kembali materi pendidikan di Indonesia. Menurut dia, upaya membangun wawasan sekaligus semangat kebangsaan perlu dilakukan melalui materi-materi di dunia pendidikan.
“Di zaman kami dahulu, kita diajar begitu intensif tentang moral, kebangsaan, dan semangat bela negara. Karenanya hal itu seharusnya juga digiatkan di masa sekarang ini,” tuturnya.
Tokoh masyarakat Tionghoa Kabupaten Mempawah, Edy Sugito berpandangan, masalah etnis bukanlah suatu persoalan. “Saya tidak minta dilahirkan sebagai seorang Tionghoa. Itu adalah kehendak Tuhan. Karena itu, setiap warga negara Indonesia harus komit dengan NKRI. Kami lahir di sini dan akan mati di sini. NKRI harga mati,” tegasnya penuh komitmen.
Sosialisasi wawasan kebangsaan itu ditutup dengan penandatanganan deklarasi kesepakatan bersama untuk menjaga keutuhan NKRI oleh perwakilan seluruh unsur masyarakat dan pimpinan daerah Pemerintah Kabupaten Mempawah.

Sumber : http://www.pontianakpost.co.id/enam-ancaman-nkri

Tidak ada komentar:

Posting Komentar